TIKAI & GEMURUH
Di kepalamu ada mendung
Di pikiran ku hnya ada tanya ada apa?
Kita bertikai di balik badainya isi kepala
Tapi masih saja berharap berdamai dgn tawa
Bagaikan kayu pondasi yang hendak runtuh
Kita yang saling menguatkan Sebenarnya malah saling melemahkan. Yang harusnya berdua sama-sama harus saling menguatkan Dalam berucap & bersikap. Malah terlalu saling dgn egoisme masing-masing tanpa mau saling menerima.
Gemuruh cuaca mu masih saja melanda
Pada diriku yang menjadi penghuninya
Sampah sampah emosi & tak trima kenyataan kian bertebrangan dgn ucapan yang tak sewajarnya.
Tutup mulut ku dalam Diam
Yang menunggu jedanya dirimu berkata
Luapkan saja. Asalkan tak ada benci & dendam yang membara, agar dirimu tak malah sengsara.
Smua sepi menghening & tersisa degup angin
Aku hnya berkata sabar & trima keadaanya. Kita hanyaLah penumpang dalam prahunya, Esok mau seprti apa juga tak bisa di terka, tapi yang perlu menjadi makna kita tau siapa nahkodanya. tak usah memikirkan besarnya ombak & derasnya angin beriring hujan yang menerpa. Jalani saja & syukur yang bisa di terima semampunya.
Toh juga tak mungkin nakhoda menginginkan awak kapalnya sengsara. Cukup duduk dgn manis, menikmati dgn lapang dada apa yang terjadi dgn ikhlas Lillahita'ala