Lingkar Lara
lingkar lara kembali menyapa
menguak duka di balik tawa manusia
tentang cinta yang berubah menjadi tinta
atau rasa yang berubah menjadi aksara.
aku kertas putih dan kau tinta hitam basah,
kita pernah menjadi sepasang kasih
sebelum menjadi sebuah kisah.
Aku tanah kering dan kau embun yang bening
kita pernah tertawa bercanda nyaring
sebelum akhirnya bisu dan hanya saling menghening.
tapi di sini aku masih saja tak mengerti
mengapa merindu mu rasanya begitu nyeri,
menyengat hati dan ruas ruas nurani,
hingga mungkin mampu menghentikan denyut nadi
mengapa datang, bila akhirnya pergi?
mengapa berjanji, bila akhirnya lari?
mengapa memeluk, bila akhirnya menusuk?
dan mengapa menunjuk,bila akhirnya mengutuk?
Beberapa waktu lalu, aku masih di sini
masih setia membodohi hati berpura pura bahwa
kau akan kembali lagi. lagi dan lagi aku menyemai
Harap yang lagi lagi hanya melahirkan alergi.
Ku kira kau matahari, yang mampu menerangi
tapi tanpa bisa ku miliki. Ku kira kau cahaya,
yang menguatkan masa, tapi tanpa bisa ku raba Juga.
kau adalah pembuktian, bahwa cinta mu ternyata hanyalah jalan. Bukanlah sebuah tujuan. Ingkarmu adalah kehancuran, Tapi pergi adalah awal kebangkitan. maafkan aku yang tak bisa menepati janji itu. sebab untuk membuat hidup berjalan maju.
Aku harus menjalani hidup tanpa Mu.