MENGAMALKAN AKHLAK TASAWUF PADA KEHIDUPAN MODERN

C. MENGAMALKAN AKHLAK TASAWUF PADA KEHIDUPAN MODERN

Kehidupan masyarakat saat ini sedang berkembang menuju kepada peradaban masyarakat modern. Kehidupan tersebut biasanya ditandai dengan kompetisi yang tinggi. Pada dasarnya kompetisi itu baik karena dapat memacu setiap orang dan kelompok masyarakat untuk berusaha meraih kemajuan. Hanya saja yang menjadi masalah adalah saat kompetisi itu terkadang berlangsung secara curang karena setiap orang dan kelompok sosial mempunyai niat baik untuk berkompetisi secara sehat. Ditambah lagi, masyarakat dunia saat ini sedang dilanda krisis global.
     
Pada masa krisis global ini, pertumbuhan angkatan kerja tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan kerja dan sumber ekonomi. Hal ini dapat mendorong terjadinya persaingan yang tidak sehat dalam memperebutkan lapangan kerja dan sumber ekonomi itu. Oleh karena itu, diperlukan aturan hukum yang tegas dan jelas agar kompetisi itu dapat berlangsung secara sehat. Lebih dari itu, diperlukan sentuhan hati nurani mereka yang bersaing supaya kompetisi tidak mematikan solidaritas dan toleransi kepada sesama.
     
Walaupun kompetisi itu berlangsung sesuai hukum yang berlaku, tetapi tanpa sentuhan hati nurani kompetisi itu dapat mematikan solidaritas dan toleransi kepada sesama. Padahal di tengah krisis global ini, di mana banyak orang yang hidupnya terpuruk, solidaritas menjadi faktor yang amat penting untuk menopang kehidupan masyarakat agar tidak lebih terpuruk lagi.
     
Solidaritas dan toleransi itu dapat ditumbuhkan dengan pengembangan dimensi esoteris agama, yang di dalam Islam disebut tasawuf. Dalam tasawuf terdapat ajaran tentang zuhud, sabar, dan itsar. Zuhud berarti sederhana, tidak rakus pada harta dan kekuasaan. Orang yang zuhud (zahid) tidak akan berkompetisi secara curang karena dapat merugikan orang lain dan dilarang oleh Tuhan.
     
Kemudian sabar berarti menahan diri, maksudnya menahan diri dari keluh kesah dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Tetapi nilai sabar juga dapat diterapkan dalam kehidupan sosial, seperi menahan diri dari keluh kesah dalam menghadapi kesulitan hidup karena krisis atau kalah bersaing dengan orang atau kelompok sosial lain.
   
Sedangkan itsar berarti mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Sepintas lalu nilai itsar tidak mengenal kompetisi karena kompetisi mengandung nilai yang kebalikannya, yaitu mendahulukan diri sendiri daripada orang lain. Padahal, maksudnya adalah tidak boleh bersaing hanya untuk kepentingan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain, apalagi mematikan orang atau kelompok sosial lain. Jadi, kompetisi itu harus diarahkan untuk kepentingan bersama. Bersaing untuk kemajuan bersama diperintahkan, sesuai dengan firman Allah, “Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan”(Al-Maidah:48).
     
Dengan demikian, tasawuf memiliki ajaran yang relevan dengan kehidupan masyarakat modern yang kompetitif. Yakni mendorong untuk bersaing tetapi pada waktu yang sama meletakkan dasar-dasar ajaran yang mengingatkan supaya kompetisi itu tidak berkembang secara curang, apalagi sampai mematikan solidaritas dan toleransi kepada sesama. Sebab persaingan curang itu dapat meruntuhkan sendi-sendi kehidupan bersama dan peradaban manusia.
    
 Di satu sisi, kompetisi itu perlu untuk memacu pengembangan diri dan kelompok dalam kehidupan masyarakat. Makin maju suatu masyarakat, maka makin tinggi pula tingkat kompetisinya. Sebaliknya, masyarakat yang kurang maju, maka tingkat kompetisinya juga rendah.
     
Namun harus disadari bahwa kompetisi itu bukan untuk kemajuan orang per orang atau kelompok sosial tertentu saja tetapi untuk kemajuan bersamaan. Oleh karena itu, kompetisi dalam masyarakat modern harus diimbangi dengan nilai-nilai solidaritas dan toleransi.
  
Toleransi diperlukan bagi orang dan kelompok sosial yang bersaing. Mereka bersaing tidak hanya karena kepentingan ekonomi dan  politik yang berbeda, tetapi juga karena perbedaan-perbedaan yang bersifat primordial, seperti agama, suku, dan daerah.
 Perbedaan daerah, suku, agama terkadang membuat persaingan itu semakin tajam dan tidak sehat. Parahnya, perbedaan kepentingan ekonomi dan politik sering kali diangkat sebagai pertentangan yang bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antar-golongan), seperti yang pernah terjadi di Poso, Maluku Sulawesi Tengah dan Sampit Kalimantan Tengah.
     
Konflik yang bernuansa sara di daerah itu boleh jadi akan berakhir, tetapi perbedaan agama dan suku tidak mustahil akan mempertajam persaingan dalam perkembangan masyarakat modern.
     
Itulah perlunya toleransi agar perbedaan suku dan agama itu tidak mempengaruhi persaingan yang seharusnya berkembang secara sehat. Kalau kompetisi itu tidak sehat, maka tidak saja akan menghambat masyarakat menjadi masyarakat modern, tetapi malah bisa meruntuhkan kemajuan yang telah dicapai, seperti terjadinya konflik sara di daerah tersebut.
    
Selain toleransi, solidaritas juga diharapkan berkembang untuk mengimbangi kompetisi. Sebab dalam kompetisi itu ada orang atau kelompok yang kalah atau tidak bisa bersaing karena lemah dalam segala hal, seperti modal, keterampilan, dan jauh dari sumber kekuasaan. Mereka seharusnya diberikan perhatian, tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga orang-orang dan kelompok sosial yang lebih maju karena mereka yang tidak dapat bersaing jumlahnya jauh lebih banyak daripada mereka yang memiliki kemampuan bersaing.
   
Krisis global yang sedang dialami saat ini menyebabkan banyak orang yang hidupnya terpuruk, tidak saja kehilangan harta tetapi juga kehilangan daya saing. Mereka memerlukan bantuan agar bisa bangkit lagi dan kemudian bersaing dengan mereka yang telah maju. Dengan demikian, masyarakat modern yang hendak dituju di masa depan adalah masyarakat yang kompetitif, yang diimbangi dengan solidaritas dan toleransi. Toleransi dan solidaritas bertumpu pada hati nurani, sebagaimana yang diajarkan dalam tasawuf. Ajaran tasawuf ini tidak hanya berlaku bagi orang Islam, tetapi juga bagi siapa saja karena toleransi dan solidaritas merupakan nilai-nilai yang bersifat universal.
     
Hanya saja, kalau orang itu muslim, tentu saja harus mengacu kepada ajaran tasawuf yang menumbuhkan solidaritas dan toleransi, seperti zuhud, sabar, dan itsar. Kelompok-kelompok lain tentu juga mempunyai acuan sendiri dalam menumbuhkan solidaritas dan toleransi. Apapun acuannya, toleransi dan solidaritas harus dikembangkan karena itulah nilai yang menopang kehidupan bangsa menuju masyarakat modern yang kompetitif di masa depan.
     
 Tidak ada masyarakat yang dapat berkembang maju dan langgeng tanpa memiliki solidaritas dan toleransi. Sebab masyarakat itu adalah kumpulan orang-orang yang ingin hidup bersama dan maju bersama pula sehingga kalau tidak ada solidaritas dan toleransi dalam masyarakat, maka tidak ada lagi nilai-nilai yang menopang kebersamaan itu. Akibatnya adalah keruntuhan dan bukan kemajuan. Masyarakat yang sudah lebih dahulu modern dan maju telah mempraktekkan kompetisi dalam kehidupan masyarakatnya dan memiliki mekanisme untuk membantu orang-orang yang kurang beruntung.
   
  Berdasarkan realita yang ada sekarang ini, maka beberapa hal yang menjadi urgensi tasawuf dalam kehidupan masyarakat modern dapat kita simpulkan, yaitu krisis global yang terjadi saat ini, kompetisi yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat modern, dan faktor yang menjadi akibat dari krisis dan kompetisi yang terjadi, seperti faktor psikologi, spiritual, dan kecerdasan emosional dari suatu masyarakat.
   
  Salah satu dampak yang sangat signifikan dari krisis global dan pengaruh kompetisi dalam suatu masyarakat adalah ketidaktenangan jiwa setiap individu. Krisis global yang menyebabkan banyak masyarakat terpuruk dan mengakibatkan gangguan psikologi yang mempengaruhi kehidupan spiritual dan kecerdasan emosional setiap individu, serta kompetisi yang berlangsung begitu ketat mengakibatkan hal yang serupa dengan pengaruh krisis global yang terjadi.
   
  

Bagi kalangan yang tidak mampu, maka kemiskinan dan pengangguran menjadi faktor pendorong substansi tasawuf diterapkan di dalam kehidupan mereka. Sedangkan bagi kalangan yang cukup mampu, maka berkompetisi dengan cara yang sehat dan ingin mendapatkan ketenangan jiwa serta kehidupan yang normal menjadi faktor pendorong substansi tasawuf diterapkan di dalam kehidupan mereka.
     
Sebagai contoh, seorang pengusaha yang berkompetisi dengan kompetitornya akan mendapatkan tekanan psikologi di saat kompetitornya mengalahkannya. Maka di saat seperti inilah substansi dari tasawuf menjadi penting di dalam kehidupan seorang pengusaha tersebut. Sabar menjadi kata kunci dari sebuah kekalahan berkompetisi. Sabar merupakan salah satu ajaran dari tasawuf yang menekankan kepada menahan emosi untuk berbuat sesuatu hal yang berlebihan.
     
Contoh lain, seorang miskin di DALAMkehidupan modern, akan merasa dirinya tidak berguna karena tidak dapat memperoleh kesenangan dan kemajuan di zaman yang penuh dengan kompetisi. Maka dari itu, substansi tasawuf dalam contoh ini adalah merasa cukup atau puas. Jika seorang miskin sudah merasa cukup, maka dia tidak lagi memikirkan hal-hal yang berlebihan di luar jangkauan mereka.


Postingan populer dari blog ini

HADIS TARBAWI

Biografi Ibnu Abbas dan Tafsir di riwayatkan Fairuzzabaddi

Teks ceramah pidato kuliah tujuh menit KULTUM