FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Faktor-faktor penting dalam persalinan adalah power seperti: HIS kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma, ligamentu retundum; passanger; janin dan plasenta: passage jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang.
TENAGA POWER
1.      HIS atau kontraksi
            His atau kontraksi uterus adalah kontraksi otot-otot uterus dalam persalinan. Kontraksi merupakan suatu sifat pokok otot polos dan tentu saja hal ini terjadi pada otot polos uterus yaitu miometrium. Pada minggu-minggu terakhir uterus semakin teregang oleh karena isinya semakin bertambah. Peregangan ini menyebabkan makin rentan terhadapa peerubahan hormonal yang terajadi pada akhir kehamilan terutama perubahan homonal. Penurunan hormon progestetron  yang bersfat menenangkan otot-otot uterus akan mudah di respon oleh uterus yang  teregang  sehingga mudah timbul kontraksi. Akibatnya kontraksi brocktown hicks akan meningkat. Peningkatan kontraksi broxtown hicks pada akhir kehamilan disebut dengan his pendahuluan atau his palsu. Jika his pendahuluan semakin sering dan semakin kuat maka akan menyebabkan perubahan pada serviks, inilah yang disebut dengan his persalinan.
            Didalam persalinan his harus selalu dipantau. Beberapa istilah yang perlu diperhatikan didalam menilai atau memantau his antara lain yaitu : frekuensi adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya dihitung per10 menit, durasi adalah lamanya setiap his berlangsung dengan detik, interval adalah masa relaksi, amplitude atau intensitas adalah kekuatan his diukur dalam satuan mmHg. Dalam praktek kekuatan his hanya dapat diraba secara palpasi atau kah sudah kuat atau masih lemah, aktivits his, adalah frekuensi x amplitude.
Contoh frekuensi suatu his 3x /10 menit dan ampllitudenya 50 mmHg, maka aktivitas rahim 3x/50= 150 unit montevideo. Peningkatan frekuensi dan kekuatan kontraksi uterus tampaknya merupakan mekanime yang berjalan dengan ssendirinya. Sebagai akibat kontraksi uterus terjadi ssedikit perbahan dalam milieu biokimia serta eksitabilitas serabut otot uterus, yang mempengaruhi bentuknya.         Perubahan ini memprodis posisi serabut otot terhadap perubahan yang lebih mencolok setelah setiap kontraksi berikutnya. Ciri penting uterus adalah  “retraksi” ,yang  pada akhirnya setiap kontraksi, serabut dicapainya. Gelombang kontraksi berwal dari satu kornu uteri dan menyebar ke bawah ke seluruh organ suatu proses yang dikenal sebagai dominasi fundus. Masa jaringan yang membentuk segmen atas uterus terdiri dari serabut otot polos, sementara pada segmen bawah uterus dan serviks, otot polos hanya menyusun 10% masa. Kontraksi uterus yang berkesinambungan dimulai pada fundus uteri. Dengan terjadinya retraksi otot terjadi penipisan progresiff segmen bawah uterus dan pendataran serviks. Dengan berlanjutnya kala I segmen atas uterus menjadi semakin tebal dengan masa otot yang lebih besar. Suatu tekanan yang  semakin membesar perlahan-lahan memuncak pada segmen atas uterus dan mendorong isi uterus ke segmen bawah serta serviks, yang serabut otot polosnya menipis secara progresiff. Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus disebut sebagai cincin retraksi fisiologis.
Proses yang menyusun kala I persalinan ini sudah dimulai dalam beberapa minggu terakhir kehamilan yaitu dengan tumbuhnya kontraksi braxtown hicks, tetapi menjadi lebih nyata pada awal persalinan. Kontraksi ini akhirnya mengubah bentuk servik yang semula merupakan organ slindris dengan lumen sempit menjadi sebuah jalan yang memungkinkan lewatnya kepala janin ke dalam rongga panggul. Pada akhir kala I, serviks hampir lengkapa menyatu dengan segmen bawah uterus keadaan dilatasi lengkap serviks (atlas kebidanan).
a.       Sifat his dalam persalinan
            Ada sifat-sifat yang anatomik yang unik pada otot miometrium (dan otot polos lainnya) dibandingkan dengan otot rangka. Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi menjadi panjang aslinya setelah berkontraksi, namun menjadi relatif pada ukuran yang lebih pendek, tetapi tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi. Karena semakin memendeknya serat-serat otot setiap kontraksi segmen atas uterus (segmen aktif) menjadi semakin menebal pada kala I dan kala II persalinan dan menjadi sangat tebal segera setelah kelahiran bayi.

Kontraksi uterus tidak sama kuat, yang terkuat di fundus dan terlemah di segmen bawah rahim atau disebut fundus dominan. Uniknya, meskipun fisiologis kontraksi otot-otot uterus terasa sakit. Penyebaba rasa nyeri tersebut tidak diketahui dengan pasti, tetapi beberapa hipotensi tentang penyebab rasa nyeri di kemukakan sebagai berikut:
1)      Hipokia miomentrium yang  berkontraksi menimbulkan anoxia sel-sel otot dalam korpus uteri tempat terdapat banyak serabut saraf.
2)      Kompresi ganglia saraf di serviks dan uterus bawah oleh berkas-berkas otot yang saling mengunci.
3)      Peregangan serviks pada waktu dilatasi.
4)      Peregangan peritoneum yang membungkus uterus.

Namun perasaan sakit pada waktu his amat subjektif, tidak hanya tergantung pada intensitas, tetapi bergantung pula pada keadaan mental orangnya. Jika ia tahu apa yang akan terjadi padanya , tidak ada perasaan takut dan ia dapat  menerima segala sesuatu yang terjadi dan  akan terjadi. Ketenangan ini membuat perasaan sakit hanya sedikit atau sama sekali tidak terasa.
Kontraksi uterus pada saat persalinan sebagian besar bersifat otonom, namun kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis.
Terdapat pacemaker, pusat keoordinasi his yang berada pada uterus disudut tuba atau cornu uteri dimana gelombang ini berasal. Dari sini gelombang bergerak kedalam dan kebawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik mencakup seluruh otot-otot uterus sehingga kontraksi ini bersifat terkoordinasi simetri dan intermiten.
Durasi/lamanya his dalam persalinan berkisar antara 45/ 75 detik, intensitas bervariasi dari 20 mmHg- 60 mmHg, rata- rata sekitar 40 mmHg. Interval teratur, secara bertahap semakin memendek. Frekuensi minimal 3 kali dalam 10 menit.
His persalinan menurut faal:
1)      His pembukaan adalah his yang menimbulkan dan servik lengkap 10cm, his ini mulai kuat, teratur dan sakit.
2)      His pengeluaran (his mengedan/ his kala II) his sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama. His pengeluaran berfungsi untuk mengeluuarkan janin. Terjadi koordinasi bersama antara his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma, kontraksi ligamen.
3)      His pelepasan uri (kala III), kontraksi mulai turun, berfungsi untuk melepaskan dan mengeluarkan plasenta.
4)      His pengiring (kala IV), kontraksi bersifat lemah, masih sedikit nyeri, menyebabkan pengecilan rahim.
b.      Perubahan-perubahan akibat his
Perubahan pada uterus dan serviks, uterus teraba keras/ padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intra uterine naik serta menyebabkan servik menjadi mendatar (efacement) dan dilatasi.
Perubahan pada ibu rasa nyeri karena anoxia sel-sel otot rahim akibat kontraksi juga ada kemajuan nadi dan tekanan darah.
Perubahan pada janin, pertukaran oksigen pada sirkulasi utero plasenter berkurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar-benar terjadi hipoksia yang agak lama misalnya pada kontraksi tetanik maka akan terajadi gawat janin.
c.       Periode istirahat antara  kontraksi
Periode diantara dua kontraksi mempunyai fungsi utama antara lain:

Tindakan
Deskripsi dan keterangan
Membiming  ibu untuk rileks sewaktu ada his
Ibu diminta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his.
Menjaga privasi ibu
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain dan tanpa sepengetahuan dan izin dari pasien/ ibu.
Penjelasan tentang kemajuan persalinan
Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan terjadi dalam tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
Menjaga kebersihan diri
Membolehkan ibu untuk mandi. Menganjurkan untuk membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil atau besar.
Mengtasi rasa panas
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat dapat diatasi dengan cara:
1.      Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
2.      Menggunakan kipas biasa
3.      Menganjurkan ibu untuk mandi
massage
Jika ibu suka, lakukan pijitan/ massage pada punggung atau mengusap perut dengan lembut.
Pemberian cukup minum
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi.
Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
Disesuaikan dengan keinginan ibu, memberikan sentuhan pada salah satu bagian tubuh, yang bertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian ibu selama proses persalinan.


PERUBAHAN FISIK
1.      Perubahan sistem reproduksi
Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini merupakan kontraksi otot fisiologis yang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar ekstrogen dan progesteron menurun kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehinga menimbulkan kontraksi uterus. Kontraksi uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan intensitasnya ringan, kemudian menjadi lebih sering, lebih lama dan intensitasnya semakin kuat sering kemajuan persalinan.
2.      Perubahan tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali ketingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang keposisi miring perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
3.      Perubahan metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktfitas otot. Peningkatan aktivitas metabolit terihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, denyut jantung, dan cairan yang hilang.
4.      Perubahan suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Perubahan suhu dianggap normal bila peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1 C. Yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.
5.      Perubahan denytut nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daaripada frekuensi diantara kontraksi dan peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama pumcak kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring dan terlentang. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih meningkat dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.
6.      Perubahan pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada ekstrimitas dan perasaan pusing).
7.      Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan peningkatan lebih lanju curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi gomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama persalinan.
8.      Perubahan pada saluran cerna
Absorbsi lambungan terhadap makanan padat jauh lebih berkurang, apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak di pengaruhi dan waktu yang dibutukan untuk pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Lambung yang bpenuh dapat menimbulkan
Ketidak nyamanan dan penderitaan umum selama masa transisi. Oleh karena itu, wanita harus di anjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna mempertahankan energi dan hidrasi. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir fase pertama akhir persalinan.
9.      Perubahan Hematologi
Hb meningkat rata –rata  gr/100 ml selama persalianan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca partum jika tidak ada kehilangan darah yang  abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fiprino – gen plasma lebih lanjut selama persalinan. (varnay 2008).
PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA IBU BERSALIN
1.      Aspek psikologi dalam obstetrik
Sekarang di sadari bahwa penyakit dan komplikasi obstetrik tidak semata mata di sebabkan oleh gangguan organik. Beberapa di antaranya di timbulkan atau di perberat oleh gangguan psikologi latar belakang timbulnya penyakit dan komplikasi dapat di jumpai dalam berbagai tingkat ketidak matangan dengan perkembangan emosional dan psikologis sexsual dalam rangka kesanggupan seorang dalam menyelesaikan diri dengan situasi tertentu, yang sedang di hadapi, dalam hal ini kursusnya kehamilan, persalinan dan nifas.

Karna rasa nyeri dalam persalinan sejak jaman dahulu sudah menjadi pokok pembicaraan di antara para wanita, maka banyak calon ibu menghadapi penghamilan dan kelahiran anaknya dengan rasa takut dan cemas. Tidaklah mudah untuk menghilangkan rasa takut yang sudah berakar dalam itu akan tetapi dokter dan bidan dapat berbuat banyak dengan membantu para wanita yang di hinggapi perasaan takut dan cemas. Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali dokter atauy bidan harus dengan kesabaranya meyakinkan calon ibu bahwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar. Dia tidak hanya harus menimbulkan kepercayaan, akan tetapi harus pula menimbulkan anggapan atau perasaan pada wanita bersangkutan bahwa ia seorang kawan yang ahli dalam bidangnya dan yang sungguh-sungguh berkeinginan mengurangi rasa nyerinya serta menyelamatkan ibu dan anak.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa sikap seorang wanita terhadap kehamilan dan persalinannya mempengaruhi kelancaran persalinan hal itu lebih ditemukan oleh read, yang mencoba menjawab dua pertanyaan berikut:
1.      “apakah suatu persalinan lancar karna seorang wanita tenang, atau ia tenang karena persalinan lancar?”
2.      “Apakah seorang wanita menderita nyeri dan ketakutan karena persalinan sukar, ataukah persalinannya nyeri dan sukar karena ia ketakutan?”
Akhirnya read mengambil kesimpulan ketakkuan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa nyeri dalam persalinan yang seyogyanya normal tanpa rasa nyeri yang berarti. Ketakutan mempunyai pengaruh yang tidak baik pula terhadap his dan lancarnya pembukaan.
Berdasarkan gagasan tersebut diatas lahirlah apa yang disebut dengan natural childbirth atau physiological childbirth, yang kemudian diubah menjadi childbirth without fear. Airan ini  dipelopori oleh read sendiri.  Kemudian usaha yang hampir sama dengan psioprofiaksis datang dari pranciss (Lamaze ), dan dari rusia (Pavlov, 1995). Tujuan usaha ini ialah untuk masa hamil mendidik wanita menghilangkan perasaan takut. Selain persiapan mental dengan penjelasan teratur dari sederhana tentang proses reproduksi, kepada wanita diajarkan dan diberikan latihan-latihan untuk lebih menguasai otot-otot istirahat dan pernafasan.
Fenomena psikologis yang menyertai proses persalinan bermacam-macam. Setiap wanita biasanya memiliki disposisi kepribadian yang definitif dan mewarnai persalinan bayinya. Apa yang terjadi saat persalinan secara langsung mempengaruhi psikologis dalam kelahiran. Perasaan dan sikap seorang wanita dalam melahirkan sangat bervariasi dan  dipengari oleh banyak faktor diantaranya perbedaan struktut sosial, budaya dan agama serta kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan, pengalaman masa lalu, suppport sistem dan lingkungan. Partisipasi  dan keterlibatan aktif seorang ibu selama persalinan, merupakan persiapan alami dalam menerima seorang bayi. Mereka menganggap sebuah persalinan adalah pengalaman yeng penuh dengan perasaan dan melibatkan seluruh  anggota keluarga, biasanya anggota keluarga ikut dalam penyuluhan pra persalinan dan ikut mengambil keputusan dalam perencanaan tindakan persalinan. Anggota keluarga merasakan kegembiraan ketika melihat kelahiran seorang bayi yang sebelumnya merasa cemas dan kuatir akan kemampuan sang ibu dalam menangani rasa sakit pada proses persalinan. Ada beberapa wanita menganggap persalinan adalah pengalaman yang tidak menyenangkan, ketika merasakan sakit, merasa selalu diawasi oleh dokter dan bidan dan ia merasa sedikit berpatisipasi di dalamnya.
Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan yang diterima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita tersebut berbeda dan apakah bayi yang dikandungnya merupakan bayi yang diinginkan atau tidak.
Dukungan  yang diterima atau tidak diterima oleh seseorang wanita di lingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek psikologisnya pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat nyerinya timbul secara berkelanjutan. (Varney, 2008).

2.Perubahan perubahan psikologis yang terjadi
Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan  disaat-saat merasakan kesakitan-kesakitan pertama menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan ati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi suatu “realistas kewanitaan” sejati: yaitu munculnya rasa bangga melahirkan atau memproduksi anaknya. Khususnya rasa  lega itu berlangsung ketika proses persalinan mulai, mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap suatu “keadaan yang belum pasti” ibu kini benar-benar akan terjadi atau terealistir secara kontkret.
Seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya merasa tidak sabar mengikuti irama naluriah, dan  mau mengatur sendiri, biasanya mereka menolak nasehat-nasehat dari luar. Sikap-sikap yang berlebihan ini pada hakekatnya merupakan ekspresi dari mekanisme melawan ketakutan. Selanjutnya, jika proses kesakitan pertama-tama menjelang kelahiran ini disertai banyak ketegangan batin dan rasa cemas atau ketakutan yang berlebihan atau disertai kecenderungan-kecenderungan yang sangat kuat untuk lebih aktif dan mau mengatur sendiri proses kelahiran bayinya, maka: proses kelahiran bayi bisa menyimpang dari yang normal dan spontan; prosesnya akan sangat terganggu dan merupakan kelahiran yang abnormal.
Sebaliknya juga jika wanita yang bersangkutan bersikap sangat pasif/menyerah dan keras kepala, tidak bersedia memberikan partisipasi sama sekali, maka sikap ini bisa memperlambat proses pembukaan dan pendataran servik, juga mengakibatkan his menjadi sangat lemah bahkan berhenti secara total dan proses kelahiran menjadi sangat terhambat dan harus dengan pembedahan cesar.
Wanita mungkin menjadi takut dan khawatir jika dia berada pada lingkungan yang baru/asing , diberi obat, lingkungan RS yang tidak menyenangkan, tidak mempunyai otonomi sendiri, kehilangan identitas dan kurang perhatian. Beberapa wanita menganggap persalinan lebih tidak realistis sehingga mereka merasa gagal dan kecewa.
Pada multigravida sring kuatir/cemas terhadap anak-anaknya yang tinggal dirumah, dalam hal ini bidan bisa berbuat banyak untuk menghilangkan kecemasan ini.
Suami atau pasangan dapat memberikan perhatian dan tempat mereka untuk berbagi. Banyak hal yang mempengaruhi pasangan dalam memberikan perhatian diantaranya status sosial atau gender, beberapa wanita bisa menjadi lebih kuat dan mampu untuk melalui proses persalinan dengan support dari pasangan. Perhatian pasangan merupakan tingkatan yang paling dasar menjadi kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan ini. Pendekatan dan motivasi pada pasangan bisa dilakukan  oleh bidan sejak ANC, dilakukan untuk membangun kekuatan untuk mengungkapkan perhatian yang merupakan kebutuhan dari seorang wanita dalam mengahadapi persalinan. Ini akan sangat berpengaruh terhadap apa yang mereka lakukan yang terbaik bagi bayi mereka.

MANAJEMEN KALA I
ASUHAN KALA I
Kala I persalinan, dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap.
Pembagian kala I persalinan, Fase laten: dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm, kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik, tidak terlalu mules: fase aktif: kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih dan mules, pembukaan 4 cm hingga lengkap, penurunan bagian terbawah janin.
Persiapan persalinan antara lain ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir, perlengkapan, bahan dan obat esensial, rujukan (bila diperlukan), asuhan sayang ibu dalam kala I, upaya pencegahan infeksi yang diperlukan.
Asuhan sayang ibu antara lain memberi dukungan emosional, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup asupan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk kekamar kecil, penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai. Yang tidak dianjurkan selama kala I yaitu katetensial rutin, periksa dalam berulang kali (tanpa indikasi yang jelas), rmelakukan lavament rutin, mengharuskan ibu pada posisi tertentu dan membatasi kandung kemih mobilisasi, memberikan informasi yang tidak akurat atau beralawanan dengan kenyataan.
Mengosongkan kandung kemih bertujuan untuk memfasilitasi kemajuan persalinan, memberi rasa nyaman bagi ibu, jika penuh akan mengganggun proses kontraksi, penyulit pada distosia bahu, bila dilakukan sendiri, dapat mencegah terajdinya infeksi akibat terauma atau iritasi.
Langkah-langakah asuhan kala I
1.      Anamnesis, antara lain identifikasi klien, Gravida, para, Abortus, Anak hidup, Haid pertama haid terakhir (HPHT), tentukan taksiran persalinan, riwayat penyakit (sebelum dan selama kehamilan) termasuk alergi, riwayat persalinan.
2.      Pemeriksaan abdomen memuat mengukur tinggi fundus uteri, menentukan presentasi dan letak, menentukan penurunan bagaian terbawah janin, meamntau denyut jantung janin, menilai kontraksi uterus.
3.      Periksa dalm antara lain tentukan konsistensi dan pendataran serviks (termasuk koondisi jalan lahir), mengukur besarnya pembukaan, menilai selaput ketuban, menentukan presentasi dan seberapa jauh bagian terbawah telah melalui jalan lahir, menentukan denominator.
Penggunaan Partograf
1.      Definisi
Definisi partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utamanya dari penggunaan partograf adalah mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal dan dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama. (Depkes RI 2007:55).
2.      Tujuan
Terdapat beberapa tujuan dilakukannya pencatatan dengan partograf, yaitu:
a.       Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b.      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
c.       Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalian, bahan medikamentosa yang di berikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan tindakan yang dilakukan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2007).

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyakit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (JNPK-KR/POGI, 2007).
3.      Penggunaan Partograf
Menurut buku acuan persalinan normal (Depkes RI, 2007). Semua ibu dalam kala I persalinan, baik yang kemajuan persalinannya berjalan normal maupun abnormal, persalinan di institusi pelayanan kesehatan ataupun dirumah, persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan (siswa, mahasiswa, bidan, perawat terlatih ataupun dokter). Kondisi yang harus dicatat dalam partograf.

Penggunaan pertograf secara rutin akan memastian para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Depkes RI, 2007).
a.       Selama kala satu fase laten;
Pencatatan selama fase laten kala satu persalinan semua asuhan, pengamtan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik dicatatan kemajuan persalinan maupun di buku KIA atau kartu Menuju Sehat (KMS) (Depkes RI, 2007).
Kondisi ibu dan bayi yang harus dicatat antara lain: Denyut jantung janin (DJJ) setiap ½ jam, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam, nadi ibu setiap ½ jam, pembukaan seviks setiap 4 jam, penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam, tekanan darah dan tempratur suhu setiap 4 jam, produksi urin,  aseton dan protein setiap 2 jam sampai 4 jam.
b.      Selama kala satu fase aktif
Pencatatan selama fase aktif persalinan yaitu menggunakan partograf. Halaman depan partograf mengingstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan antara lain.
Informasi Tentng Ibu: nama, umur, Gravida, Para, Abortus (keguguran), nomor catatan medic. Nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirujmah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu), waktu pecahnya selapu ketuban.
Kondisi janin: Menurut Depkes RI, 2007 bagian atau grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan kepala janin, hal ini akan dijelaskan secara rinci antara lain.

1)      Denyut jantung janin (DJJ) dilakukan penilaian setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukan waktu menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan  titik satu dengan yang lainnya dengan garis yang tidak terputus. Kisaran  normal DJJ terpapar pada partograf diantra garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi penolong harus sudah waspada bila DJJ dibawah 120 atau diatas 160.
2)      Warna dan adanya air ketuban dinilai setiap melakukan pemeriksaan vagina: beri tanda (U) jika selaput amnion masih utuh, beri tanda (J) jika selaput amnion sudah pecah dan warna air ketuban jernih, beri tanda (M) jika air ketuban bercampur mekonim, beri tanda (D) jika air ketuban bercampur darah, beri tanda (K) jika tidak ada air ketuban/kering.
3)      Penyusupan (molding atau molage) tulang kepala janin. Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi bisa menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tulang tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukan resiko disproporsi kepala-panggul (CPD). Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan diproporsi kepala-panggul (CPD) kefasilitas kesehatan rujukan. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai dibawah jalur air ketuban.

Hasil penilaian molding di catat dengan menggunakan lambang-lambang berikut antara lain: tanda nol (0) jika teraba sutura terpisah  dan mudah dipalpasi, tanda satu (1) jika teraba sutura hanya bersentuhan, tanda (2) jika teraba sutura saling tumpang tindih tapi masih dapat dipisahkan, tanda tiga (3) jika sutura tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan. (Depkes RI, 2007).


Kemajuan Persalinan
Kolom dan jalur keduapartograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Kemajuan persalinan ini meliputi pembukaan serviks, penurunan bagian bawah janin atau persentasi janin, serta garis bawah waspada dan garis bertindak. (Depkes RI, 2007).
1.      Jam dan waktu: waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang di beri angka 1-16, setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan (JNPK KR/POGI, 2007).
2.      Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan: saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. (JNPK KR/POGI, 2007).
3.      Kontraksi uterus: his diamati menurut frekuensi,  lamanya kekuatan dan relaksasi. Dibawah lajur partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
4.      . Pemeriksaan dalam. Nilai bishop yang mungkin maksimal adalah 13 cm. Induksi persalinan kemungkinan besar berhasil apabila nilai bishop sekurang-kurangnya adalah 6 cm. Secara umum, kesiapan servikal tidak diperlukan apabila bishop lebih besar dari 8 (Varney’s, 2007).
Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan cm dan menempati jalur dari kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar 1cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin cantumkan angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan, setiap kotak segi empat atau kubus menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan denyut jantung janin, komtraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.


Pembukaan serviks nilai dan catat pembukaan serviks tiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat dalam paragraf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnnya pembukaan serviks, pada pemeriksaan pertama tanda “X” di tempatkan di garis waspada selanjutnya tergantung besarnya pembukaan.
5.      Penurunan bagian terendah janin
Penurunan bagian terendah janin setiap kali melakukan pemeriksaan dalam atau lebih sering jika ditemukan tanda-tanda penyulit, cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul pada persalinan normal penambahan pembukaan diikuti penambahan penurunan bagian terbawah janin, tulisannya “turunnya kepala” dan gari tidak terputus dari 0-5, tertera diisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Beri tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasik pemeriksaan palpasi kepala diatas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan gari tidak terputus.
Garis waspada dan garis bertindak dimulai pada pembukaan 4 cm dan  berakhir pada titik dimana pembukaan lengap diharapkan terjadi laju pembukaan adalah 1cm perjam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengrah keseblah kanan garis waspada, maka harus dipertimbangkan adanya penyulit. Garis bertindak sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam ) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak, maka hal ini menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. (Depkes RI, 2007).

Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat yang lainnya dan cairan IV. Jika ibu mendapatkan obat oksitosin: jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit, jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.

Kesehatan dan Kenyamanan Ibu

Bagian terakhir pada lembar depan partograf yang harus dipantau yaitu berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu antara lain

1.      Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh. Nilai catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit), beri tanda titik pada partograf pada kolom yang sesuai. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit), beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai. Dan nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering meningkat, atau dianggap akan adanya infeksi). Setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai (Depkes RI,2007).
2.      Volume urine, protein dan aseton. Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih) jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukanlah pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urine (Depkes RI,2007).

Asuhan, Pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dari keputusan klinik disisi luar kolom partograf atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan (Depkes RI,2007).

Sedangkan pada halaman belakang partograf, meupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran. Serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut catatan persalinan. Dokumentasi ini sangat penting-penting terutama untuk membuat keputuan klinik yang sesuai (Depkes RI, 2007).

Postingan populer dari blog ini

HADIS TARBAWI

Teks ceramah pidato kuliah tujuh menit KULTUM

Biografi Ibnu Abbas dan Tafsir di riwayatkan Fairuzzabaddi