ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA PERSALINAN

Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu.
Dalam rangka proses persalinan tersebut, maka secara alamiah ibu bersalin akan mengeluarkan banyak energi dan mengalami perubahan-perubahan, baik secara fisiologis maupun psikologis.
Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai terjadi pembukaan lengkap. Tahap ini berlangsung jauh lebih lama daripada waktu yang diperlukan untuk tahap kedua dan ketiga. Tahap ini juga merupakan kunci kesuksesan persalinan.
Salah satu tolak ukur penting dalam menciptakan indonesia sehat adalah menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Di indonesia AKI masih sangat tinggi, yaitu 343/100.000 kelahiran hidup di tahun 1999, dan di tahun 2003 menjadi 307/100.000 kelahiran hidup, data tersebut sesuai dengan survei demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut adalah penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas.
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang terjadi. Hal ini memberi manfaat yang  nyata dan mampu membantu penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Oleh karena sebagian besar persalinan di indonesia terjadi di desa atau fasilitas pelayanan kesehatan dasar, di mana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas, maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semu penolong persalinan dilatih untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, maka mereka akan dapat memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, serta dapat melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalaam kondisi yang  optimal. Semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Agar dapat memeberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas, dibutuhkan tenaga kesehatan yang terampil juga didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu upayanya yaitu dengan meningkatkan pengetahan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan berdasarkan konsep asuhan persalinan normal.
Asuhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih dan aman  selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi, terutama pendarahan pascapersalinan; hipotermia; dan asfiksia bayi baru lahir. Dengan adanya program ini diterapkan tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan keterampilannya sehingga dapat meningkatkan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta; dan proses tersebut merupakan proses alamiah.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi  dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup kedunia luar.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi, sehingga menyebabkan perubahan pada seviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Asuhan Persalinan Normal); 2007).
Persalinan adalah proses alamiah yang dialami perempuan, merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang telah mampu hidup diluar kandungan melalui beberapa proses seperti adanya penipisan dan pembukaan serviks, serta adanya kontraksi yang berlangsung dalam waktu tertentu tanpa adanya penyulit. Delivery adalah momentum kelahiran janin sejak kala I (akhir kala I).
Bentuk persalinan berdasarkan Definisi
1.      Persalinan spontan: bila seluruh persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2.      Persalinan buatan: bila persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar.
3.      Persalinan anjuran: bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang.

Istilah yang berhubungan dengan partus (Labor)
Menurut cara persalinan
1.      Partus biasa (normal) atau disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung kturang dari 24 jam. Persalinan normal dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
2.      Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan per vagina dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi sectio casarea (SC).

Menurut usia kehamilan
1.      Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable), di berat janin di bawah 1.000 gram, atau usia kehamilan dibawah 28 minggu.
2.      Partus prematrus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada umur kehamilan 28-36 minggu. Janin dapat hidup, terapi prematur; berat janin antara 1.000-2.500 gram.
3.      Partus matures/ aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan diatas 2.500 gram.
4.      Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur.
5.      Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi, diatas kendaraan, dan segalanya.
6.      Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo Pelvix Disproportion (CPD).

Sebab-sebab mulainya Persalinan
Hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks. Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil.
1.      Estrogen
a.       Meningkatkan sensivitas otot rahim.
b.      Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.
2.      Progesteron
a.       Menurunkan sensivtas otot rahim.
b.      Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.
c.       Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesteron harus berada dalam kondisi keseimbangan sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis pars posterior dapat menimbulkan kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh karena itu semakin tua kehamilan, frekuensi kontraksi semakin sering.
Oksitosin diduga bekerja bersama atau bekerja melalui prostaglandin, yang nilainya akan meningkat mulai dari umur kehamilan minggu ke-15.

Teori penyebab persalinan
1.      Teori keregangan
a.       Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b.      Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
2.      Teori penurunan progesteron
a.       Proses penuaan  plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
b.      Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
c.       Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
3.      Teori oksitosin internal
a.       Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis past posterior.
b.      Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensifitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi braxton Hicks.
c.       Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dimulai.
4.      Teori prostaglandin
a.       Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
b.      Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
c.       Protaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap belum dapat dipastikan, besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor.

TUJUAN ASUHAN PERSALINAN
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan persalinan yang memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang teriintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.
Asuhan Yang di berikan Pada Masa Persalinan
1.      Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan, penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan dan kebutuhan bayi, serta proses ulang peralatan bekas pakai.
2.      Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan, dan menolong proses persalinan serta kelahiran bayi. Membuat partograf untuk membuat keputusan kllinik, sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar dapat memberikan tindakan yang paling tepat dan memadai.
3.      Memberikan asuhan sayang ibu disetiap tahap persalinan, kelahiran bayi, dan masa nifas; termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan kelahiran bayi, serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpatisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.
4.      Merencanakan dan mempersiapkan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu disetiap tahapan persalinan dan tahapan saat bayi baru lahir.
5.      Menghindari berbagai tindakan yang tidak perlu atau berbahaya seperti kateterisasi urine atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum pembukaan lengkap, meminta ibu meneran terus-menerus, dan pengisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.
6.      Melakukan penatalaksanaan aktif kala III untuk mencegah pendarahan pasca persalinan.
7.      Memberika asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin ekslusif, mengenali tanda-tanda komplikasi dan mengambil tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu dan bayi lahir.
8.      Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda dan gejala bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir.
9.      Mendokumentsikan semua asuhan yang telah diberikan.

Tujuan Asuhan Persalinan adalah sebagai beikut:
1.      Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir.
2.      Memberikan dukungan  pada persalinan normal, mendeteksi, dan menatalaksana komplikasi tepat waktu.
3.      Memberi dukungan serta cepat reaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan, dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi.

Kebijakan pelayanan asuhan
1.      Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.
2.      Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawat daruratan obstetrik dan neonatal harus tersedia 24 jam.
3.      Obat-obatan esensial, bahan, dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.

Rekomendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan dan Kelahiran
1.      Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang hanya memberikan dukungan.
2.      Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan/ rekam medik untuk persalinan.
3.      Selama persalinan normal,  intervensi hanya dilaksanakan jika hanya ada indikasi prosedur ini bukan dibutuhkan jika ada infeksi/ penyulit.
4.      Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi.
5.      Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini. Memberikan suntikan oksitosin, IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan segera melakukan massage fundus; hal-hal tersebut harus dilakukan pada semua persalinan normal.
6.      Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu setidak-tidaknya 2 jam setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Massage fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus terus tetap baik, perdarahan minimal, dan dapat dilakukan tindakan pencegahan.
7.      Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan dimassage  sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan untuk melakukan massage fundus.
8.      Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan dikeringkan, juga dijaga kehangatannya untuk mencegah hipotermi.
9.      Obat-obat esensial, bahan, dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.

TANDA-TANDA PERSALINAN
Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki kala pendahuluan (preparatory stage of labour), dengan tanda-tanda sebagai berikut.
1.      Terjadi ligtening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada multigravida, tanda ini tidak begitu kelihatan.
Mulai penurunannya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang persalinan. Bila bagian terbawah bayi telah turun, maka ibu akan merasa tidak nyaman; selain nafas pendek pada trisemester 3, ketidaknyamanan disebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah pada struktur daerah pelvis, secara spesifik akan mengalami hal berikut.
a.       Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluang untuk melakukan ekspansi berkurang, sehingga frekuensi berkemih meningkat.
b.      Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada syaraf yang melewati foramen obturator yang menuju kaki, menyebabkan sering terjadi kram kaki.
c.       Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan terjadinya uderma karena bagian terbesar dari janin menghambat darah yang kembali dari bagian bawah tubuh.
2.      Terjadinya his permulaan.
Sifat his permulaan (palsu) adalah sebagai berikut.
a.       Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
b.      Datang tidak teratur.
c.       Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.
d.      Durasi pendek.
e.       Tidak bertambah bila beraktifitas.
3.      Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
4.      Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
5.      Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, kadang bercampur darah (bloody show). Dengan mendekatnya persalinan, maka serviks menjadi matang dan lembut serta terjadi obliterasi serviks dan kemungkinan sedikit dilatasi.

Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis), berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Pada ibu yang belum inpartu, kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.

Tanda dan Gejala Inpartu
1.      Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2.      Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi servikal dari proliverasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan sebagai barrier protectif dan menutup servikal selama kehamilan. Boody show adalah pengeluaran dari mukus.
3.      Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan membran yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan mamulai persalinan dengan secara spontan dalam 24 jam.
4.      Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara nullipara dan multipara.
a.       Nullipara.
Biasanya sebelum persalinan serviks menipis sekitar 50-60 % dan pembukaan sampai 1cm: dan dengan dimulainya persalinan, ibu nullipara mengalami penipisan serviks 50-100 %, kemudian mulai terjadi pembukaan.
b.      Multipara.
Pada multipara seringkali serviks tidak menipis pada awal persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara serviks akan membuka kemudian diteruskan dengan penipisan.
5.      Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).

Sifat his persalinan
1.      Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan.
2.      Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar.
3.      Mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks.
4.      Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.

Pengurangan rasa nyeri
Metode pengurangan nyeri yang diberikan oleh pendamping persalinan secara terus menerus bersifat sebagai berikut.
1.      Sederhana.
2.      Efektif.
3.      Biaya rendah.
4.      Risiko rendah.
5.      Kemajuan persalinan meningkat.
6.      Hasil kelahiran bertambah baik.
7.      Bersifat sayang ibu.

Menurut Varney’s Midwifery, pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sakit adalah sebagai berikut.
1.      Menghadirkan seorang yang dapat mendukung persalinan.
2.      Pengaturan posisi.
3.      Relaksasi dan latihan pernapasan.
4.      Istirahat dan privasi.
5.      Penjelasan mengenai proses/ kemajuan persalinan dan prosedur tindakan.
6.      Asuhan tubuh.
7.      Sentuhan.

Penny simpkin mengumukakan cara untuk mengurangi rasa sakit dengan cara sebagai berikut.
1.      Mengurangi rasa sakit langsung pada sumbernya.
2.      Memberikan rangsangan alternatif yang kuat.
3.      Mengurangi reaksi mental negatif, emosional, dan reaksi ibu terhadap rasa sakit.

Nyeri dalam persalinan dapat dikendalikan dengan 2 metode, yaitu farmakologis dan nonfarmakologis.

Metode pengendalian nyeri persalinan secara nonfarmakologis
1.      Kompres panas.
Sebuah studi kecil mengenai kompres panas yang diletakkan difundus, menemukan bahwa tindakan ini akan meningkatkan aktivitas rahim, kompres panas meningkatan suhu kulit  lokal, mengurangi spasme otot, dan meningkatkan ambang nyeri. Hal yang harus diperhatikan oleh pendamping persalinan adalah panas dari alat kompres harus tetap dirasakan senyaman mungkin oleh ibu, karena kemungkinan pada saat persalinan ibu tidak dapat bereaksi terhadap panas yang berlebihan.

Cara pemberian kompress panas adalah sebagai berikut.
a.       Bungkus sumber panas dengan satu atau dua lapis handuk untuk memastikan sumber tersebut tidak terlalu panas.
b.      Letakkan handuk basah hangat, bantalan panas, kantong pasta silika yang dipanaskan, atau botol air panas diperut bagian bawah, bahu, atau perineum.

Kompress panas atau tidak dapat digunakan jika ibu melaporkan rasa tidak nyaman dengan panas atau sedang demam, dan ketika bidan merasa khawatir terhadap kemungkinan terjadi bahaya akibat panas tersebut.
2.      Kompress dingin
Kompress dingin berguna untuk mengurangi ketegangan nyeri sendi dan otot, mengurangi pembengkakan, dan menyejukkan kulit. Kompress dingin akan membuat baal daerah yang terkena dengan memperlambat transmisi nyeri melalui neuron-neuron sensorik.

Cara pemberian kompress dingin adalah sebagai berikut.
a.       Bungkus sumber dingin dengan satu atau dua lapis handuk untuk memastikan sumber tersebut tidak terlalu dingin dan menghindari rasa tidak nyaman mendadak yang akan terjadi jika benda dingin langsung diletakkan pada kulit, dan memungkinkan toleransi  dari rasa sejuk mejadi rasa dingin.
b.      Letakkan sumber kompress dingin pada punggung bawah atau perineum (kantong es, kantong jeli, kain basah yang diinginkan, atau botol plastik beku).
c.       Pasang sabuk kantong jeli di punggung bawah sehingga memungkinkan ibu dapat begerak bebas.
d.      Kompress dingin pada rektrum membantu mengurangi rasa nyeri yang terjadi karena hemoroid.

Kompress dingin tidak dapat digunakan jika ibu tidak menginginkannya dan ketika ibu mengatakan bahwa penggunaan kompress dingin tidak membantu atau justru malah mengganggu.
3.      Hidroterapi
Selain mengurangi ketegangan, nyeri, otot, dan nyeri sendi; hidroterapi juga dapat mengurangi efek gravitasi bersama ketidaknyamanan yang berkaitan dengan tekanan pada panggul dan struktur lain, tekanan yang merata pada bagian tubuh yang terendam, dan kehangatan seringkali menghasilkan penurunan nyeri dan kemajuan persalinan aktif yang lebih cepat.
Jika mengunakan bak mandi, pastikan bahwa air yang digunakan berkisar antara 37-37,5 C, karena air yang lebih hangat dapat meningkatkan suhu tubuh ibu dan mengakibatkan takikardi.
Pemantauan janin pada hidroterapi dilakukan dengan menggunakan doppler genggam yang kedap air. Hidroterapi tidak dapat digunakan jika keseimbangan atau kemampuan berdiri ibu tidak memadai- karena pengaruh obat-obatan atau sebab-sebab lain, terjadi perdarahan atau gawat janin pada saat pembukaan lengkap dan tidak ada rencana untuk melahirkan didalam air, atau jika wanita sudah mendapatkan anestesia epidural untuk mengatasi nyeri.
4.      Couterpressure
Tekanan yang terus menerus selama kontraksi dilakukan pada tulang sakrum wanita atau kepalan salah satu tangan, atau peremasan pada kedua pinggul. Hal tersebut dapat membantu mengurangi nyeri punggung yang dirasakan oleh wanita melahirkan. Belum jelas hal ini dapat membantu, tetapi penekanan ini sangat membantu dalam menguangi nyeri yang dirasakan. Peremasan panggul dapat mengurangi renggangan yang terjadi pada sakrum iliaka sehingga mengurangi tegangan-tegangan yang terjadi akibat penekanan internal dari kepala janin. Counterpressure tidak dapat diteruskan jika wanita merasa penekanan ini tidak dapat menolong dalam mengurangi rasa nyeri yang dideritanya.
5.      Penekanan lutut
Tekanan langsung melalui tulang paha ke arah satu atau dua sendi timbul, melepaskan sendi sakrum iliaka dari ketegangan dan dapat mengurangi rasa nyeri. Penekanan lutut tidak dapat digunakan jika ibu mengalami nyeri sendi, peradangan, atau kerusakan pada lutut, dan ketika ibu mengatakan penekanan lutut tidak membantu mengurangi rasa nyeri. Penekanan lutut dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.       Wanita dengan posisi duduk.
Wanita duduk tegak di kursi dengan kaki ditempatkan dilantai, jika tidak sampai, gunakan buku atau penyangga lain sehingga kaki bisa menapak. Pendamping atau bidan berlutut didepan ibu hamil sambil memegang lutut dan menekannya sepanjang kontraksi walupun akan merasakan punggung terasa lega dan nyeri berkurang.
b.      Wanita dengan posisi berbaring miring dengan satu atau dua bantal menyangga lutut.
Diperlukan 2 orang, tekanan hanya pada lutut-lutut yang terletak di bagian atas, wanita menekuk lutut atas dan sendi pinggul sampai membentuk 90 derajat. Satu orang menekan sakrum wanita selama kontraksi untuk menstabilkannya dan yang lainnya menekan lutut atau menekan langsung ke arah sendi pinggul wanita.
6.      Gerakan
Menggerak-gerakan tubuh secara berirama merupakan salah satu cara yang alamiah untuk mengkoping persalinan dengan baik. Gerakan tubuh yang berirama adalah berdiri dan berayun pada sebuah meja, sebuah bola besar yang mampu menahan beban sampai dengan 136 kg. Jika disanggah pasangan, maka akan mengurangi produksi ketokelamin sehingga meningkatkan perasaan sejahtera.
Bentuk bulat dari bola memungkinkan ibu untuk berayun tanpa usaha. Hal yang perlu diperhatikan adalah wanita yang sebaiknya berpegangan pada tempat tidur atau pada pasangan sampai ia merasa benar-benar seimbang.
Bola ini juga dapat digunakan untuk meringankan beban punggung orang  tua saat mereka harus menggendong bayinya dibandingkan dengan berjalan dengan menggendong bayinya.
Meskipun sudah dialami oleh sebagian besar wanita, rasa nyeri saat melahirkan bersifat unik dan berbeda pada tiap individu. Rasa nyeri memiliki karakteristik yang sama atau bersifat umum. Pengendalian rasa nyeri tersebut.
Rasa nyeri pada persalinan yang dialami pada saat persalinan yang disebabkan kontraksi uterus, dilatasi serviks dan distensi perineum; yang terjadi pada akhir kala I dan II dengan peregangan vagina dan dasar panggul untuk mengkomodasi bagian terendah janin.



Pengurangan rasa sakit
Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah keringanan rasa sakit. Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain sebagai berikut ini.
1.      Rasa takut atau kecemasan.
Rasa takut atau kecemasan akan meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut di tinggal sendiri pada saat proses persalinan (tanpa pendamping), rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan.
2.      Kepribadian.
Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara ilmiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stress dibanding wanita yang rilek dan percaya diri.
3.      Kelelahan.
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan yang sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu menolerir rasa sakit.
4.      Faktor sosial dan budaya.
Faktor sosial dan budaya juga berperan penting terhadap reaksi rasa sakit. Beberapa budaya mengharapkan stoisisme (sabar dan membiarkannya), sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.


5.      Pengharapan.
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapan mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin ada persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.

Fisiologis rasa sakit
1.      Jalur rasa sakit.
Jalur rasa sakit atau jalan indra ke atas bermula di ujung syaraf pengindra di tempat terjadi trauma. Impuls tersebut menjalar sepanjang syaraf perasa menuju simpul syaraf belakang (dorsal root ganglion) dari saraf belakang yang bersangkutan dan diteruskan kemasa saraf belakang (Posterior horn) dari kumpulan saraf tulang punggung (spinal cord), dikenal dengan neuron pertama.
2.      Nyeri
a.       Nyeri akut.
Sensasi semacam ini dikirimkan melalui serabut delta A yang merupakan serabut saraf besar yang menampung rasa nyeri akut. Rasa sakit jenis ini akan dirasakan sebagai nyeri menusuk yang dengan mudah dapat dilokalisir oleh penderitanya.
b.      Nyeri kronis.
Jalur yang kronis adalah sedikit berbeda, serabut-serabut saraf yang terlibat adalah saraf yang diameternya lebih kecil dan disebut serabut C. Nyeri kronis sering digambarkan sebagi rasa sakit yang membakar yang sulit dilokalisir.
3.      Neurotransmiter.
Pengiriman rangsangan saraf dilakukan atau dihambat oleh zat-zat yang disebut neurotransmiter. Zat-zat ini bisa bersifat merangsang (excitatory) atau menghambat (inhibitory). Mereka berinteraksi untuk mempertahankan keseimbangan penalaran rasa nyeri. Salah satu contoh dari neurotransmiter ini adalah asetilkolin dan satu contoh dari inhibitory neurotransmiter ialah enkefalin. Larutan anestesi lokal bertindak dengan bersaing untuk mencapai reseptor asetilkolin pada neuron dan membendung aksi tersebut.

4.      Nyeri dalam persalinan
Nyeri adalah rasa tidak enak akibat ujung-ujung saraf usus. Selama persalinan dan kelahiran pervagina: nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim. Inpuls sensorik dalam rahim memasuki medula spinalis pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas, keduabelas, serta segmen lumbal yang pertama (T10- L1). Nyeri dari perineum berjalan melewati serat saraf afferen somatik, terutama pada saraf pundendus dan mencapai medula spinalis melalui segmen sakra kedua, ketiga, dan keempat (S2-S4). Serabut saraf sensorik yang dari rahim dan perineum memberi akson yang merupakan saluran spinotalamik. Selama bagian akhir dari kala I dan di sepanjang kala II, impuls nyeri bukan saja muncul dari rahim tetapi juga perineum saat bagian janin melewati pelvis.

Metode pengurangan rasa nyeri yang diberikan secara terus menerus dalam bentuk dukungan bersifat sebagai berikut.
1.      Sederhana.
2.      Efektif.
3.      Biayanya rendah.
4.      Resikonya rendah.
5.      Membantu kemajuan persalinan.
6.      Hasil kelahiran bertambah baik.
7.      Bersifat sayang ibu.

Pendekatan untuk mengurangi rasa nyeri
Menurut Varney’s midwifery.
1.      Adanya seorang yang dapat mendukung persalinan.
2.      Pengaturan posisi.
3.      Relaksi dan latihan pernafasan.
4.      Istirahat dan privasi.
5.      Penjelasan mengenai proses, kemajuan, dan prosedur yang akan dilakukan.
6.      Asuhan diri.
7.      Sentuhan.

Menurut penny simpkin.
1.      Mengurangi sakit langsung dari sumbernya.
2.      Memberikan rangsangan alternatif yang kuat.
3.      Mengurangi reaksi mental negatif, emosional, dan reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit.

Metode dan obat penghilang rasa sakit
Rasa sakit juga dapat dihilangkan dengan menggunakan beberapa metode atau pemberian obat-obatan penghilang rasa sakit, misalnya pethidine, anestesi, epidural, entonox, TENS, atau ILA (intrahecal labour analgesia):  namun, belum semua metode dan obat ada di indonesia.

1.      Pethidine
Pemberian pethidine akan membuat tenang, rileks, malas bergerak, terasa agak mengantuk: tetapi tetap sadar. Obat ini bereaksi 20 menit, kemudian bekerja selama 2-3 jam dan biasanya di berikan pada kala I. Obat biasanya disuntikan pada bagian paha atau bokong. Penggunaan obat ini menyebabkan bayi mengantuk, ata pengaruhnya akan hilang setelah bayi lahir. Pethidine tidak diberikan secara rutin tetapi diberikan pada keadaan konstraksi rahim yang terlalu kuat.
2.      Anestesi epidural
Metode ini sering dilakukan karena memungkinkan ibu untuk tidak merasakan sakit untuk tidur. Obat anestesi disuntikan pada rongga kosong tipis (epidural) diantara tulang punggung bagian bawah mati rasa selama sekitar 2 jam, sehingga rasa sakit tidak terasa. Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak ada prubahannya pada kala II perslinan, jika tidak maka ibu akan meneran lebih lama.
3.      Antonox.
Metode ini menggunakan campuran oksigen dan nitrous oksida, dapat menghilangkan rasa sakit, efeknya lebih ringan dari pada anesteri epidural dan dapat digunakan sendiri. Jika  kontrasi mulai terasa, pegang masker dimuka, lalu tarik napas dalam. Rasa sakit akan berkurang dan kepala tersa lebih ringan.

Postingan populer dari blog ini

HADIS TARBAWI

Teks ceramah pidato kuliah tujuh menit KULTUM

Biografi Ibnu Abbas dan Tafsir di riwayatkan Fairuzzabaddi